Benarkah Minyak Zaitun Lebih Bagus Dikonsumsi Secara Langsung?

Mendengar kata minyak zaitun atau olive oil, hal yang tebersit dalam kepala kita mungkin adalah kata “menyehatkan”. Memang benar, dari sisi kesehatan, minyak zaitun merupakan jenis minyak yang kaya akan antioksidan dan memiliki profil jenis asam lemak yang baik. Minyak zaitun mengandung vitamin E dan vitamin K yang dapat bertindak sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Selain itu, minyak zaitun termasuk dalam sumber lemak yang baik karena 85% jenis lemak dalam minyak zaitun merupakan lemak tidak jenuh. Mengganti penggunaan minyak yang kaya lemak jenuh seperti minyak kelapa sawit dengan minyak yang lebih rendah lemak jenuhnya seperti Tropicana Slim Extra Virgin Oil dapat memberikan manfaat bagi kesehatan jantung Anda.

Di samping banyak pemberitaan manfaat minyak zaitun, ada banyak pula informasi yang menyebutkan bahwa minyak zaitun lebih baik dikonsumsi secara langsung karena jika minyak zaitun digunakan untuk memasak, kandungan antioksidan akan hilang. Benarkah demikian? Ternyata hal tersebut adalah MITOS. Proses pemasakan memang berkaitan dengan pengurangan kandungan antioksidan dari minyak zaitun. Namun dalam sebuah riset, setelah melalui proses pemasakan pada suhu 170OC hingga 30 menit pun, kandungan senyawa antioksidan yang tersisa dalam minyak zaitun sesungguhnya masih masuk dalam rentang jumlah yang memberikan manfaat kesehatan1.

Selain isu antioksidan yang hilang, banyak pula yang mengatakan bahwa minyak zaitun jika digunakan untuk memasak akan membentuk lemak trans yang berbahaya bagi tubuh. Hal ini pun ternyata MITOS. Minyak zaitun memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh rantai tunggal (monounsaturated fatty acid atau MUFA) yang tinggi sehingga bersifat cukup stabil saat dipanaskan, bahkan pada suhu penggorengan. Pembentukan lemak trans yang terjadi selama proses pemasakan ini juga sangatlah kecil, yakni masih kurang dari 0.5 gram/100 gram minyak (bahkan hingga 27 jam waktu pemasakan). Jumlah ini masih berada di bawah kandungan lemak trans yang terkandung pada minyak lainnya1,2,3.

Walau demikian, perlu diingat bahwa minyak zaitun termasuk dalam golongan lemak sehingga tinggi kandungan kalorinya (seperti halnya minyak lain) serta tetap harus diperhitungkan dalam batas asupan lemak harian. Kementerian Kesehatan Indonesia sudah memberikan batasan asupan lemak, yakni sebanyak 67 gram lemak atau setara dengan 5 sendok makan minyak4. Konsumsi lemak/minyak berlebih dapat berdampak pada ketidakseimbangan kalori yang dapat berujung pada peningkatan risiko obesitas dan berbagai penyakit sindrom metabolik. Untuk itu, konsumsi minyak zaitun tetap harus dibatasi sehingga tidak disarankan dikonsumsi secara langsung. Sebaiknya gunakan minyak zaitun sewajarnya dalam proses memasak seperti untuk menumis atau sebagai salad dressing, sembari dikombinasikan dengan makanan sehat lainnya untuk mencapai gizi seimbang5.

 

Ref:

  1. Antioxidants 2020, 9(1), 77; https://doi.org/10.3390/antiox9010077
  2. Santos, C. S. P., Cruz, R., Cunha, S. C., & Casal, S. (2013). Effect of cooking on olive oil quality attributes. Food Research International, 54(2), 2016–2024. doi:10.1016/j.foodres.2013.04.014
  3. https://www.healthline.com/nutrition/is-olive-oil-good-for-cooking#antioxidants
  4. Kementerian Kesehatan Indonesia
  5. https://www.healthline.com/nutrition/drinking-olive-oil#recommendation

Share Article:

All rights reserverd.