Mitos Atau Fakta: Daging Kambing Sebabkan Hipertensi?

Menu gulai kambing dan sate kambing merupakan menu kesukaan banyak orang. Walaupun digemari, kedua menu ini juga masuk ke dalam daftar menu yang “katanya” perlu dibatasi karena daging kambing bisa menyebabkan darah tinggi. Benarkah makan daging kambing bisa membuat darah tinggi?

 

Sebuah penelitian pada tikus percobaan menunjukkan bahwa konsumsi daging kambing ternyata tidak berkaitan dengan peningkatan tekanan darah. Hasil penelitian yang dipublikasikan pada Asian-Australasian Journal of Animal Sciences ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam kondisi tekanan darah pada kelompok tikus yang diberikan pakan yang mengandung daging kambing dan kelompok tikus yang diberikan pakan yang mengandung daging ayam. Pakan yang diberikan pada kedua kelompok tikus percobaan ini mengandung garam yang sama.

 

Munculnya persepsi bahwa daging kambing dapat menyebabkan darah tinggi sesungguhnya berkaitan dengan jumlah garam yang ditambahkan saat memasak daging kambing, termasuk dari saus dan kecap yang ditambahkan. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian pada tikus percobaan ini, dimana penambahan garam pada pakan ternyata berkaitan dengan peningkatan tekanan darah.

 

Meskipun penelitian dilakukan pada tikus percobaan, pengaruh konsumsi garam terhadap tekanan darah sesungguhnya juga sudah teramati pada manusia. Konsumsi garam yang tinggi sudah diketahui sebagai salah satu faktor risiko penyakit hipertensi. Data menunjukkan bahwa tingginya asupan garam harian berkaitan dengan peningkatan tekanan darah dan risiko terkena hipertensi.

 

Hipertensi sendiri penting dicegah karena tidak dapat disembuhkan serta berkaitan dengan berbagai macam komplikasi kesehatan berbahaya seperti penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Salah satu hal yang penting dilakukan dalam menjaga tekanan darah dan menurunkan risiko hipertensi adalah membatasi asupan garam sebagai bagian dari pola makan sehat.

 

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan pembatasan asupan garam harian hingga maksimal 5 gram/hari atau setara dengan 1 sendok teh garam per hari. Sayangnya, tingkat konsumsi garam cenderung berlebih termasuk di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia tahun 2018 menunjukkan bahwa hampir 30% orang Indonesia mengonsumsi makanan asin setidaknya 1 kali per hari.

 

Untuk itu, penting segera melakukan perubahan pola makan dengan membatasi asupan garam harian guna menjaga tekanan darah dan menekan risiko hipertensi. Salah satunya, dengan memerhatikan penambahan garam saat masak dan makan. Faktanya, terdapat data yang menunjukkan bahwa asupan garam orang Asia terutama berasal dari penambahan garam saat masak dan saat makan, termasuk dari kecap dan saus.

 

Ingin membatasi asupan garam untuk mencegah hipertensi tapi takut rasa masakan menjadi hambar dan tidak enak tanpa saus dan kecap? Coba alternatif saus, kecap, dan sambal yang rendah garam dari Tropicana Slim seperti Tropicana Slim Kecap Manis, Tropicana Slim Kecap Asin, Tropicana Slim Saus Tiram, dan Tropicana Slim Mayonnaise. Produk rendah garam dari Tropicana Slim dapat menjadi pilihan sesuai untuk membatasi garam tanpa mengorbankan rasa karena memiliki kandungan garam yang lebih rendah namun tetap dapat memberikan cita rasa enak dan nikmat untuk setiap masakan Anda.

 

References:

  1. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences (2014) org/10.5713/ajas.2013.13325
  2. World Health Organization
  3. Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2018
  4. Comprehensive Reviews in Food Science and Food Safety (2010) DOI: 1111/j.1541-4337.2009.00096.x

Share Article:

All rights reserverd.