Mitos / Fakta - Susu Menurunkan Sindrom Metabolik

Susu merupakan minuman yang baik untuk kesehatan karena mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat untuk tubuh, seperti protein dan kalsium. Protein dan kalsium susu bukan hanya dibutuhkan oleh anak-anak pada masa pertumbuhan, namun juga dibutuhkan semua kelompok usia, untuk menjaga kesehatan tulang dan otot. Tulang berperan untuk menopang serta memberikan struktur dan bentuk tubuh manusia, sedangkan otot berperan menghasilkan gaya dan kekuatan untuk bergerak. Keduanya akan memengaruhi postur tubuh serta kemampuan kita bergerak dan beraktivitas.

Tidak terbatas pada kesehatan tulang dan otot saja, konsumsi susu ternyata juga berkaitan dengan penurunan risiko beberapa parameter sindrom metabolik. Sebuah penelitian terhadap hampir 150.000 subjek dari 21 negara menunjukkan bahwa rutin mengonsumsi susu, sebanyak minimal 2 saji per hari, ternyata berkaitan dengan parameter tekanan darah, lingkar pinggang, indeks massa tubuh, kadar trigliserida, dan kadar gula darah yang lebih rendah. Tidak hanya itu, risiko hipertensi dan diabetes juga teramati lebih rendah pada mereka yang rutin mengonsumsi susu, minimal 2 saji per hari, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengonsumsi susu. Namun, perlu diingat bahwa studi ini adalah studi observasi sehingga hanya mempelajari kaitan antara kedua hal dan bukan menjelaskan hubungan sebab-akibat.

Menerapkan pola hidup sehat secara menyeluruh untuk menekan risiko sindrom metabolik tetap menjadi yang utama. Pola makan tinggi bijian utuh, sayur dan buah; disertai pembatasan asupan gula, garam dan lemak, perlu dilakukan. Selain itu, rutin berolahraga, minimal 150 menit per minggu. Jangan lupa untuk jaga berat badan dalam kisaran normal. Konsumsi susu juga dapat dilakukan sebagai bagian pola makan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Pilih susu yang rendah lemak, tinggi kalsium, mengandung 100% AKG vitamin D dan mineral organik dari alga merah seperti susu Hilo Active. Cocok untuk mereka yang berusia aktif dan ingin memiliki gaya hidup sehat.

 

Reference:

  • BMJ Open Diabetes Research & Care (2020) DOI:10.1136/bmjdrc-2019-000826
  • American Heart Association
  • MedlinePlus: National Library of Medicine, National Institute of Health

Share Article:

All rights reserverd.