Antara Gorengan dan Sindrom Metabolik

Siapa yang tidak suka gorengan? Gorengan merupakan makanan yang dapat ditemui dimanapun. Harganya pun bervariasi, mulai dari yang sangat murah kita jumpai di warung-warung hingga sangat mahal kita jumpai di restoran berkelas. Bahkan gorengan menjadi salah satu cemilan dan juga jenis lauk favorit banyak orang. Selain mudah didapat, harga yang terjangkau, serta teksturnya yang renyah jelas membuat primadona satu ini disukai banyak kalangan. Bahkan menurut data Riskesdas tahun 2018, sebanyak 41.7% penduduk Indonesia mengonsumsi lebih dari 1 gorengan perhari. Tetapi dibalik renyah dan nikmatnya gorengan, ternyata tersimpan banyak bahaya kesehatan.

Gorengan adalah berbagai jenis makanan yang umumnya diproses dengan cara merendam bahan makanan ke dalam minyak panas (deepfried). Hal ini membuat sebagian minyak terperangkap dalam makanan tersebut. Ditambah lagi, banyak jenis bahan makanan yang digoreng menggunakan tepung yang akan menyerap minyak saat dimasak sehingga kadar minyak dalam makanan meningkat. Hal ini lah yang membuat gorengan menjadi berbahaya. Lemak atau minyak merupakan salah satu nutrisi yang memiliki nilai kalori paling tinggi. Konsumsi makanan tinggi lemak dapat berakibat pada konsumsi kalori berlebih. Jika tidak diimbangi dengan pengeluaran kalori, penumpukkan kalori ini akan berakibat pada peningkatan risiko obesitas. Terlebih minyak yang berlebih kebanyakan merupakan lemak jenuh yang berbahaya bagi kesehatan jantung dan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.

Penelitian pada 9850 orang menunjukkan bahwa konsumsi gorengan berkaitan dengan kenaikan berat badan dan risiko kegemukan dalam waktu 6 tahun kemudian yang lebih tinggi. Bahkan hingga 1.37x lebih tinggi pada mereka yang mengonsumsi gorengan >4x perminggu. Padahal obesitas menjadi akar dari berbagai penyakit sindrom metabolik seperti darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung2. Sebuah review juga menyimpulkan bahwa sering mengonsumsi gorengan berkaitan dengan peningkatan risiko terkena serangan jantung dan diabetes tipe 2. Khusus pada risiko hipertensi, sebuah penelitian menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi gorengan lebih dari 2x per minggu ternyata memiliki risiko terkena hipertensi hingga 2.4x lipat lebih tinggi3.

Di balik nikmatnya gorengan, ternyata bahaya kesehatan mengintai. Demi menjaga kesehatan, terutama kesehatan jantung dan menjaga kadar kolesterol daram darah, sebaiknya mulai mengurangi konsumsi gorengan. Ubah metode memasak menggoreng menjadi metode memasak yang lebih sehat seperti memanggang, merebus, mengukus, atau menumis. Pemilihan minyak dalam menumis pun harus diperhatikan. Pilihlah jenis minyak yang lebih sehat, yakni minyak yang lebih rendah kandungan lemak jenuhnya seperti Tropicana Slim Canola, Corn, maupun Sunflower Oil. Tak lupa, kombinasikan pola makan sehat dengan rutin berolahraga (seperti berjalan cepat, jogging, berlari atau menggunakan sepeda statis dan treadmill).

 

Ref

  1. Metab. Cardiovasc. Dis. 2013. Doi: 10.1017/j.numecd.2011.03.014
  2. 2015. Doi: 10.3390/nu7105404
  3. British Journal of Nutrition. 2016. 115, 87-94

Share Article:

All rights reserverd.