Mitos Fakta Mie Instan

Mie instan merupakan salah satu makanan yang banyak digemari di Indonesia. Dengan rasa yang enak dan cara penyajian yang praktis, mie instan banyak dikonsumsi di berbagai situasi. Penjualan mie instan di Indonesia pun sangat tinggi, mencapai 13 milyar bungkus mie instan setiap tahunnya. Di balik popularitasnya, banyak informasi yang beredar mengenai mie instan misalnya mie instan dikatakan mengandung lilin, dan ada juga yang mengatakan bahwa mie instan tidak sehat. Mari kita kupas mitos dan fakta mengenai mie instan!

 

Mie instan mengandung lilin

Hal ini sesungguhnya tidak benar. Banyak orang yang percaya bahwa mie instan mengandung lapisan lilin yang ditambahkan agar mie tidak saling menempel pada saat pemasakan dan memperpanjang umur simpannya. Faktanya, pembuatan mie instan sebenarnya tidak menggunakan bahan baku lilin. Namun, perlu diketahui bahwa pembuatan mie instan umumnya melalui proses penggorengan hingga kering (deep frying) yang kemudian menyebabkan mie instan cenderung tinggi kandungan lemaknya.

 

Mie instan umumnya tinggi lemak dan kalori

Hal ini benar. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, pembuatan mie instan umumnya melalui proses penggorengan sehingga mie instan cenderung memiliki kandungan lemak yang tinggi. Kandungan lemak pada mie instan dapat bervariasi, ada yang mengandung 12 gram lemak per saji dan bahkan ada juga yang mengandung hingga 21 gram lemak per saji yang berarti sudah mencapai hampir sepertiga dari batas asupan lemak harian.

 

Tingginya kandungan lemak pada mie instan inipun terkait dengan tingginya kandungan kalori pada mie instan. Apabila tidak dibatasi dengan baik, tentunya dapat menyebabkan masalah berat badan. Hal ini penting diperhatikan karena kelebihan berat badan berkaitan dengan banyak penyakit kronis termasuk masalah kolesterol, hipertensi, dan diabetes. Tidak hanya itu, asupan lemak jahat (jenuh) juga berkaitan dengan masalah kolesterol yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

 

Mie instan umumnya tinggi garam

Hal ini juga fakta. Mie instan umumnya tinggi garam yang berasal dari penambahan garam saat pembuatan mie dan kandungan garam pada bumbu. Sebuah penelitian yang mempelajari berbagai jenis mie instan dari 10 negara menunjukkan bahwa kandungan garam pada 1 bungkus mie instan yang dipelajari secara rata-rata mencapai 35%-95% batas asupan garam harian.

 

Artinya, batas asupan garam harian sudah hampir terlewati dengan mengonsumsi 1 bungkus mie instan saja. Belum lagi jika ditambah dengan makanan-makanan lainnya yang dikonsumsi sepanjang hari. Batas asupan garam harian sebesar maksimal 5 gram per hari atau setara dengan 1 sendok teh per hari tentunya akan dapat dengan mudah terlewati. Ingat, asupan garam berlebih erat kaitannya dengan peningkatan risiko hipertensi. Hipertensi sendiri sangat berbahaya karena berkaitan dengan komplikasi kesehatan seperti penyakit jantung, stroke, dan gangguan ginjal.

Buang air rebusan pertama mie instan untuk kurangi lemak dan garamnya  

Hal ini tidak tepat. Meskipun membuang air rebusan pertama mie instan, mayoritas minyak yang sudah terserap di dalam mie (dari proses penggorengan saat produksi mie) tentu tetap berada di dalam mie. Begitu juga, mayoritas garam pada mie instan berasal dari penambahan bumbu mie instan sehingga membuang air rebusan pertama bukan solusi untuk mengurangi garam pada mie instan.

 

Menyukai mie instan tapi khawatir dengan efeknya terhadap kesehatan? Ingin mengonsumsi mie instan tapi khawatir dengan masalah kolesterol dan hipertensi? Coba Tropicana Slim Shirataki Noodle, pilihan mie dari umbi shirataki yang lebih baik karena rendah lemak, lebih rendah garam, dan tinggi serat. Tropicana Slim Shirataki Noodles hanya 100 Kalori per saji dengan rasa yang nikmat untuk membantu mewujudkan pola hidup sehat tanpa mengorbankan kenikmatan rasa.

 

References:

  1. Australian Export Grains Innovation Centre
  2. Food Research International (2008) 41(9): 888
  3. Agri-Food and Veterinary Authority of Singapore
  4. Centre for Food Safety: The Government of the Hong Kong Special Administrative Region
  5. Nutrients (2017) 9(6): 612

 

Share Article:

All rights reserverd.