Mitos atau Fakta: Obesitas Ganggu Kesehatan Gigi dan Gusi?

Obesitas atau kondisi berat badan berlebih merupakan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini. Apa yang menyebabkan hal ini? Prinsipnya, asupan kalori masuk yang lebih besar dibandingkan kalori keluar akan menyebabkan kondisi surplus kalori. Jika kondisi ini  berlangsung terus, lemak dalam tubuh akan menumpuk dan berat badan pun bertambah. Apalagi saat ini, kemajuan teknologi mendukung mudahnya orang-orang memperoleh makanan tanpa harus banyak bergerak. Tinggal pencet-pencet smartphone, tidak lama makanan favorit datang di depan pintu. Dan umumnya, makanan dan minuman yang dipesan kebanyakan tinggi gula, garam, lemak dan kalori. Asupan tinggi kalori dan pola hidup sedenter. Say hi to obesity!

Sudah banyak data yang mengaitkan obesitas dengan berbagai penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung. Namun, ternyata obesitas juga memengaruhi kesehatan gigi dan gusi. Sebuah studi pada jurnal Medicina Oral, Patologia Oral, Cirugia Bucal menunjukkan bahwa penyakit periodontal lebih banyak dialami mereka yang mengalami obesitas, dibandingkan mereka yang memiliki berat badan normal. Apa itu penyakit periodontal? Penyakit ini merupakan ancaman terhadap kesehatan gigi, yang diawali dengan gejala gusi bengkak dan merah. Jika menjadi lebih parah, gigi bisa menjadi goyang atau patah. Tentunya, hal ini akan berakibat negatif pada kemampuan makan dan keseimbangan asupan nutrisi.

Artinya, penting untuk menjaga berat badan tidak berlebih dari awal! Kuncinya, jalankan pola diet sehat dan rutin berolahraga. Bagaimana yang dimaksud dengan pola diet yang sehat? Sebetulnya, Kementerian Kesehatan Indonesia sudah memperkenalkan konsep Isi Piringku yang menunjukkan jenis dan porsi gizi yang harus dikonsumsi. Sangat praktis untuk kita yang ingin terapkan pola diet sehat! Isi setengah piring dengan sayuran dan buah-buahan, sepertiga dengan sumber protein, dan seperenam dengan sumber karbohidrat. Pilih karbohidrat kompleks dan protein yang memiliki lemak jenuh rendah. Apa saja contoh sumber protein dengan lemak jenuh rendah? Antara lain telur, ikan, ayam tanpa kulit. Selain bahan makanan, cara masak juga penting. Sebisa mungkin, hindari metode deep-frying yang membuat sumber protein kita menjadi tinggi lemak dan kalori!

Mungkin teman-teman bertanya, saat ingin menerapkan pola diet yang baik, bolehkah tetap ngemil? Sebetulnya, ngemil atau snacking antar makan besar bisa berguna membuat kita cukup kenyang dan tidak kalap saat makan besar berikutnya. Jadi, tidak benar kalau tidak boleh ngemil saat menjalankan pola diet sehat! Yang penting adalah pilihan snacknya. Jika ingin yang praktis, sehat dan tetap enak, cobalah L-Men protein bar yang memiliki kandungan 7g protein/saji, sumber serat, dan lebih rendah lemak untuk bantu penuhi kebutuhan protein harian dan membantu memelihara saluran pencernaan! Atau bisa juga coba L-Men Protein Crunch yang merupakan snack sehat tinggi protein (12g/saji) dengan rasa yang enak. Selain protein yang tinggi, L-Men Protein Crunch memiliki nilai kalori yang terkontrol sehingga cocok untuk pola diet yang lebih sehat. Ngemil saat menjalankan pola diet sehat? Siapa takut!

 

Reference:

  • Medicina Oral, Patologia Oral, Cirugia Bucal Clinical Nutrition
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Share Article:

All rights reserverd.